Beranda | Artikel
Berhala Kedua di Muka Bumi: Kisah Kaum Ad
Kamis, 18 Mei 2023

Pada artikel sebelumnya (Berhala Pertama di Muka Bumi) telah dibahas mengenai asal usul berhala pertama di dunia yang menjadi sumber dosa yang paling besar, yaitu kesyirikan yang terjadi pada zaman Nabi Nuh ‘alaihis salam. Beberapa riwayat menerangkan bahwa jarak antara Nabi Adam ‘alaihis salam dan Nabi Nuh ‘alaihis salam adalah 10 generasi. Padahal umur manusia kala itu bisa mencapai ribuan tahun. Selama itu pula, tidak ada rasul yang diutus di muka bumi. Kemudian, Allah Ta’ala mengutus Nabi Nuh ‘alaihis salam sebagai rasul pertama ke muka bumi kepada kaum Bani Rasib karena semakin merebaknya penyembahan terhadap berhala yang dilakukan.

Dikisahkan dalam hadis Bukhari bahwa pada masa Nabi Nuh ‘alaihis salam, ada orang-orang saleh dari kaumnya. Ketika orang-orang saleh tersebut meninggal, maka setan membisikkan kepada kaumnya, “Buatlah patung-patung di bekas majelis-majelis pertemuan mereka (sebagai simbol dan untuk mengenang kesalehan mereka)! Kemudian namailah patung-patung tersebut dengan nama-nama mereka!” Maka, kaumnya melaksanakannya dan belum menyembah patung-patung tersebut. Ketika mereka meninggal, dan ilmu telah hilang, maka patung-patung tersebut disembah oleh generasi setelahnya.

Selama Nabi Nuh ‘alaihis salam hidup (menurut Ibnu Abbas, beliau berumur 1.050 tahun), beliau tinggal di tengah-tengah kaumnya untuk berdakwah dan mengajak kaumnya menyembah Allah selama 950 tahun. Karena hanya sedikit sekali yang beriman, maka Allah memberikan azab berupa thufan (banjir bandang).

Allah Ta’ala berfirman,

  وَلَقَدْ أَرْسَلْنَا نُوحًا إِلَى قَوْمِهِ فَلَبِثَ فِيهِمْ أَلْفَ سَنَةٍ إِلا خَمْسِينَ عَامًا فَأَخَذَهُمُ الطُّوفَانُ وَهُمْ ظَالِمُونَ (١٤)فَأَنْجَيْنَاهُ وَأَصْحَابَ السَّفِينَةِ وَجَعَلْنَاهَا آيَةً لِلْعَالَمِينَ (١٥

“Dan sungguh, Kami telah mengutus Nuh kepada kaumnya. Maka, dia tinggal bersama mereka selama seribu tahun kurang lima puluh tahun. Kemudian mereka dilanda banjir besar, sedangkan mereka adalah orang-orang yang zalim. Maka, Kami selamatkan Nuh dan orang-orang yang berada di kapal itu, dan menjadikan peristiwa itu sebagai pelajaran bagi semua manusia.” (QS. Al-Ankabut 14-15)

Di antara orang-orang mukmin yang selamat dan Nabi Nuh ‘alahis salam tersebut, hanya dari beliaulah yang Allah karuniakan keturunan. Ham, Sam, dan Yafits membawa keturunan manusia selanjutnya. Sam adalah kakek moyang bangsa Arab. Ham adalah moyang orang Habsy/Afrika (termasuk India). Dan Yafits adalah moyang Ya’juj-Ma’juj, Turki, Rusia, dan negara pecahan Uni Soviet sekarang, Perancis, Yunani, Amerika, Salves, Cina, Jepang, dan bangsa Melayu. Oleh karenanya, Nabi Nuh juga disebut Bapaknya atau nenek moyangnya seluruh umat manusia.

Allah Ta’ala berfirman,

(77) وَنَجَّيْنَاهُ وَأَهْلَهُ مِنَ الْكَرْبِ الْعَظِيمِ (76) وَجَعَلْنَا ذُرِّيَّتَهُ هُمُ الْبَاقِينَ

“Kami telah menyelamatkan dia dan pengikutnya dari bencana yang besar. Kami jadikan anak cucunya orang-orang yang melanjutkan keturunan”. (QS. Ash-Shaffat: 76-77)

Baca juga: Kisah-Kisah Peringatan Tuk Penghina Nabi

Kisah adanya berhala kedua di muka bumi

Kaum ‘Ad (keturunan Sam bin Nuh) adalah kaum yang pertama menyembah berhala setelah banjir di zaman Nabi Nuh ’alaihis salam yang saat itu hanya menyisakan sedikit manusia yang selamat. Kemudian Allah mengutus Nabi Hud ’alaihis salam untuk menyeru kaum ‘Ad agar menyembah Allah Ta’ala semata. Akan tetapi, mereka mendustakannya sebagaimana firman Allah Ta’ala,

قَالُواْ يَا هُودُ مَا جِئْتَنَا بِبَيِّنَةٍ وَمَا نَحْنُ بِتَارِكِي آلِهَتِنَا عَن قَوْلِكَ وَمَا نَحْنُ لَكَ بِمُؤْمِنِينَ

“Kaum ‘Ad berkata, “Hai Hud, kamu tidak mendatangkan kepada kami suatu bukti yang nyata, dan kami sekali-kali tidak akan meninggalkan sesembahan-sesembahan kami karena perkataanmu, dan kami sekali-kali tidak akan mempercayai kamu.” (QS. Hud: 53)

Dalam ayat yang lainnya Allah Ta’ala juga berfirman,

وَإِلَى عَادٍ أَخَاهُمْ هُودًا قَالَ يَا قَوْمِ اعْبُدُوا اللَّهَ مَا لَكُمْ مِنْ إِلَهٍ غَيْرُهُ أَفَلا تَتَّقُونَ (65)

 قَالَ الْمَلأ الَّذِينَ كَفَرُوا مِنْ قَوْمِهِ إِنَّا لَنَرَاكَ فِي سَفَاهَةٍ وَإِنَّا لَنَظُنُّكَ مِنَ الْكَاذِبِين(66)   

“Dan (Kami telah mengutus) kepada kaum ‘Ad saudara mereka, Hud. Ia berkata, ‘Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada Tuhan bagimu selain dari-Nya. Maka, mengapa kamu tidak bertakwa kepada-Nya?’

Pemuka-pemuka yang kafir dari kaumnya berkata, ‘Sesungguhnya kami benar benar memandang kamu dalam keadaan kurang akal dan sesungguhnya kami menganggap kamu termasuk orang orang yang berdusta.`” (QS. Al-Araf: 65-66)

Selain menyembah berhala, kaum ‘Ad juga menyombongkan diri dengan berbagai kelebihan yang mereka miliki. (Lihat QS. Al-A’raf: 69, QS. Al-Fajr: 7, QS. Fushshilat: 15). Sehingga dengan kelebihan fisik, bangunan, harta, dan kekayaan alam yang melimpah menjadikan mereka kejam dan bengis terhadap kaum yang lemah. (Lihat QS. Asy-Syu‘ara’: 130)

Akhirnya Allah sebagai Zat Yang Mahaperkasa dan Mahakuasa, menimpakan azab kepada mereka.

Ngerinya azab kaum ‘Ad

Azab yang pertama diberikan kepada kaum ‘Ad adalah tanah mereka dijadikan sangat tandus dan kekeringan yang berkepanjangan. Lalu mereka meminta diturunkan hujan. Mereka menyaksikan sesuatu yang muncul di langit yang dikira air sebagai rahmat, tetapi ternyata itu adalah siraman azab kedua yang datang dalam bentuk badai angin yang sangat dingin dan bersuara keras. Terlihat laksana lidah api (petir yang menyambar-nyambar). (Lihat QS. Fushshilat: 13) Azab ini berlangsung tanpa henti selama tujuh hingga delapan hari sehingga menyebabkan kaum ‘Ad semuanya mati bergelimpangan.

Allah Ta’ala juga berfirman,

سَخَّرَهَا عَلَيْهِمْ سَبْعَ لَيَالٍ وَّثَمٰنِيَةَ اَيَّامٍۙ حُسُوْمًا فَتَرَى الْقَوْمَ فِيْهَا صَرْعٰىۙ كَاَنَّهُمْ اَعْجَازُ نَخْلٍ خَاوِيَةٍۚ

“Allah menimpakan angin itu kepada mereka selama tujuh malam delapan hari terus-menerus, maka kamu melihat kaum ‘Ad pada waktu itu mati bergelimpangan seperti batang-batang pohon kurma yang telah kosong (lapuk).” (QS. Al-Haqqah: 7)

Allah mengumpamakan mereka dengan tunggul-tunggul pohon kurma yang telah tidak berkepala lagi. Hal itu karena badai yang bertiup menuju salah seorang dari mereka. Lalu membawanya terbang dan menjadikan kepalanya tertunduk hingga akhirnya pecah berantakan, sampai-sampai ia menjadi tidak berkepala lagi.

Ibnu Katsir rahimahullah menyebutkan bahwa saking kuatnya badai yang menimpa mereka, sampai membelah dada-dada mereka. Sehingga keluarlah isi dari perut mereka. Dan ketika mereka dijatuhkan, yang pertama kali sampai ke tanah adalah kepala mereka yang membuat kepala mereka pecah. Maka dari itu, Allah mengumpamakan kondisi jasad mereka seperti batang pohon kurma yang telah kosong. Maka setelah itu,  kaum ‘Ad binasa. (Tafsir Ibnu Katsir, 7: 479)

Tak ada yang tersisa dari bencana besar ini, selain Nabi Hud dan orang-orang beriman yang berlindung di sebuah lembah. Setelah kaum ‘Ad binasa, Nabi Hud dan orang mukmin hijrah ke Hadramaut memulai kehidupan baru.

Demikian kisah singkat yang dapat kami tulis. Semoga kita dijauhkan dari segala bentuk kesyirikan dan kesombongan.

Baca juga: Kisah Taubatnya Penyembah Berhala

***

Penulis: Arif Muhammad Nurwijaya, S.Pd.


Artikel asli: https://muslim.or.id/84838-kisah-kaum-ad.html